Galeri

Memilih dalam kurang 1%

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Ide tulisan ini berasal dari kumpulan percakapan santai dengan beberapa teman.  Mungkin akan lebih bermanfaat jika dibagikan dalam sebuah tulisan ringan ini.

Ada seorang teman sebutlah A kini ia sudah menjadi seorang pengajar disebuah madrasah walau belum lulus S1. A berasal dari keluarga Betawi di mana kebudayaan untuk menikah muda masih berlangsung, terlebih dengan proses pemeliharaan kekeluargaan yang begitu kental.  Dilihat dari tempat tinggal yang relatif berdekat-dekatan dan jika ada acara keluarga banyak keluarga yang hadir.  Dia sempat bertutur bahwa pada tahun ini banyak sepupu-sepupunya yang menikah hampir setiap pekan dalam 2 bulan terakhir ada saja saudaranya yang menikah. Tentunya itu adalah hal yang menggembirakan tetapi ternyata ada satu hal yang membuatnya kurang nyaman. Hal tersebut adalah pada saat ditanyakan kapan nyusul, siapa calonnnya, kok nggak di ajak partnernya, dll-nya.  Jawaban yang biasanya dia katakan kepada setiap encing, encang, dllnya ” nih, partnernya… gantengkan ?” (padahal encang, encingnya dah tau klo yang dibawa dan dikenalkan adenya… plus adenya tambah GeEr dibilang ganteng) atau jawabanya klo sang ade harus sekolah jadi terpaksa tidak bisa menemani “Nanti kalo partnernya dibawa sekarang ngga surprise Cang…”

Bahkan menurut ceritanya, ada seorang saudaranya yang memang ikhwah sempat menawarkan berbagai model ikhwah ” Mau yang kaya gimane A… berjengot, kagak berjengot, S1 dari Indonesia, atau S1 Mesir” (kebetulan salah seorang saudaranya itu, biasa membantu untuk berkuliah di Mesir).  Didengernya tambah lucu aja, terlebih dengan gaya berceritanya.  Intinya dia ingin menikah kelak nanti ketika sudah lulus S1 dari Program Studi M.  Ternyata dia menceritakan baginya pertanyaan-pertanyaan itu hanya pertanyaan ringan yang memang terkadang sedikit mengganggu tetapi tidak lebih mengganggu bagi kedua orang tuanya itu.  Akan tetapi untungnya orang tuanya dapat menerima keinginannya untuk lulus terlebih dahulu.

Berbeda dengan A, kali ini cerita tentang saudari bernama B. Dia bercerita pernah berfikir sepertinya lebih baik mendapat seseorang dari seseorang yang belum sama sekali dikenal olehnya, tetapi ternyata seiring berjalan dengan waktu iapun berfikir di dalam Al-qur’an saja tidak ada ayat yang mengharamkan pernikahan tersebut lalu mengapa dirinya berfikiran seperti itu.

Kemudian diapun mengungkapkan salah satu prinsipnya, siapapun lelaki yang mendekat kepadanya dengan kondisi seperti apapun baiknya ketampanannya-kecerdasanya-kesolehannya-hartawannya dia tidak akan menumbuhkan kekaguman yang berlebihan selama seorang tersebut belumlah halal baginya.  Menurutnya,  kekaguman yang berlebihan pada seseorang yang tidak halal baginya hanya akan membuatnya menjadi seorang yang tidak akan bersyukur dengan kondisi pasangan hidup yang akan diperolehnya.

Menurut B jika dilihat jumlah penduduk Indonesia yang hampir mencapai 230 juta jiwa tersebut, mungkin jumlah lelaki yang belum menikah ada sekitar 20 juta jiwa.  Jadi peluang yang hadir sekitar 1/2o juta yang jika dihitung hampir mendekati nol, sehingga menurutnya jika hadir seorang lelaki setampan-sepintar-sesoleh-sekaya apapun atau faktor-faktor lainnya yang membuat seorang wanita kagum, peluang untuk menjadi pendampingnya sangat kecil.  Begitu pula ketika mengagumi salah seorang pria karena salah satu keistimewaannya atau kebaikannya pastilah di luar sana pun masih banyak pria yang sama baiknya ataupun lebih baik baginya, jadi lebih baik untuk menghindari untuk menumbuhkan rasa kagum yang berlebihan.

Cara itulah yang selalu ia gunakan untuk menjaga hatinya, dari segala virus merah muda yang bisa saja datang.  Iapun mengingatkan bahwa dengan adanya peluang yang hampir mendekati nol tersebut agar menghindari menjadi pribadi yang mudah untuk menolak tanpa bertanya kepada yang Maha Mengetahui segalanya terlebih dengan peluang yang kurang dari 1% atau hampir mendekati nol.  Peluang yang kecil tersebut seharusnya membuat setiap manusia menjadi lebih berhati-hati dalam memutuskannya.

Jika melihat perkataan B, mungkin dapat dikaitkan dengan rasa ragu-ragu dari diri seseorang tentang siapakah seseorang yang telah Allah ciptakan khusus bagi dirinya.  Rasa ragu jelas saja hadir, karena peluang untuk menemukan dapat dikatakan relatif kecil begitu pula dengan ditemani banyaknya  pilihan-pilihan yang hadir.  Seolah-olah setiap orang yang ditemuinya berlabelkanpeluang yang  kurang dari 1%.  Terlebih ditambah dengan faktor ketidaksempurnaan seseorang manusia, yang dapat semakin membuat binggung untuk memutuskannya.  Akan tetapi di sanalah setiap manusia akan dilihat tentang hal mana yang lebih ia prioritaskan.  Rasa ragu memang wajar hadir, namun rasa ragu itu tak akan pernah hilang tanpa adanya menumbuhkan kemantapan hati dari diri sendiri.  Proses menumbuhkan kemantapan hati bisa dilakukan ketika semua hal sudah dipertimbangkan dan sudah ditanyakan kepada Allah yang maha mengetahui segala hal, baik yang tampak ataupun tersembunyi.

Berbeda dengan A dan B, Saudari yang bernama C ini punya kengengganan yang luar biasa ketika harus menghadiri pernikahan teman-temannya yang menikah dengan pria yang umurnya lebih muda. Menurutnya seorang wanita itu lebih baik menikah dengan seorang pria yang lebih tua usianya dibandingkan dengan pria yang seumur atau lebih muda, karena relatif lebih dapat menjadi seorang yang dewasa dalam pernikahan.  Akan tetapi ternyata Ia akhirnya menikah dengan seseorang pria yang lebih muda usianya.  Kedewasaan seorang ternyata tidak diukur melalui lebih tuanya umur seseorang itulah yang ia katakan.  Begitupula dengan Rasulullah yang menikah dengan bunda Khadijah yang lebih tua umurnya.

Bukankah tidak semua dari banyaknya pria baik, sholeh, cerdas, tampan, ataupun keistimewaan lainnya yang dapat membuat seorang wanita kagum terhadapnya harus menikah dengan wanita tersebut ? ataupun sebaliknya jika seorang pria memiliki banyak kenalan atau teman yang baik, sholeha, cerdas, cantik, lembut ataupun keistimewaan lainnya tidak mungkin ia menikah dengan kesemua wanita tersebut.

lalu bagaimana dengan pemikiranmu sahabatku ?

Dalam memilih pasangan hidupmu dapat dikatakan seperti memilih satu minuman diantara banyaknya minuman yang terhidang.  Mungkin di atas meja terdapat segelas susu, kopi, teh, wine, jus, dan air mineral, lalu minuman mana yang akan kau pilih ?

Dari keenam pilihan yang ada susu, kopi, teh, wine, jus, dan air mineral pastinya memiliki penilaian beragam dari setiap orang.  Namun bagi kita seorang muslim/ah ada pilihan yang memang boleh kita pilih atau pun sebuah pilihan yang harus kita tinggalkan.  Wine contohnya, walaupun semahal apapun wine tersebut dan selangka apapun wine itu di dunia ini tetapi karena keharamannya tetap harus kita tinggalkan.  Sama halnya dengan calon pasangan yang berbeda agama bagi kita wanita muslim, kita tidaklah diperkenankan untuk menikahi mereka (pria) yang bukan muslim.  Dari pilihan yang dipebolehkan tersebutlah kita baru dapat mempertimbangkannya tentunya dengan meminta bantuan Allah karena Dialah yang Maha Mengetahui segala hal termasuk kebaikan dan keburukan yang mungkin akan muncul di masa depan akibat sebuah pilihan yang kita ambil.

Boleh jadi ada yang memilih kopi karena minuman kegemarannya adalah secangkir kopi, namun ada pula yang berpendapat bahwa kopi tidak cocok bagi sebagian yang lain karena maag yang tidak bisa membuatnya untuk meminumnya.  Boleh jadipun ada yang lebih memilih susu karena berpandangan susu memiliki protein-protein yang baik bagi tubuh namun boleh jadi bagi orang lain susu bukanlah pilihan yang cocok baginya yang memiliki sistem pencernaan yang tidak bisa mencerna susu dengan baik atau lebih dikenal dengan lactose intolerance. Teh mungkin juga dapat menjadi pilihan minuman diantara pilihan minuman yang lain karena baik dengan kandungan anti oksidannya namun bagi orang lain mungkin ketika ia memilih teh, akan berakibat tidak baik karena Teh dapat memberikan efek mengeluarkan lebih banyak urin, terlebih fungsi ginjal pada orang tersebut tidaklah fit.  Begitu pula mungkin saja ada seseorang yang memilih jus buah sebagai pilihan minumannya karena mengharapkan kandungan vitamin dan serat di dalamnya namun bagi orang lain yang tidak menyukai jus hanya akan membuatnya mual dan memuntahkan segala isi perutnya.  Mungkin pula ada yang memilih air mineral walaupun menurut orang lain merupakan air biasa tanpa warna dan rasa akan tetapi ketika pilihan air mineral tersebut mendapat ridhaNya maka boleh jadi air mineral yang tampak biasa, sesungguhnya air mineral itu memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan minuman yang lainnya, seperti air mineral yang selalu diperebutkan para jama’ah Haji setiap tahunnya atau air Zam-Zam. Air Zam-zam merupakan air yang penuh dengan keberkahan, air yang menyembuhkan, air yang mengenyangkan, bahkan dengan keberkahannya do’a dan keinginan pun insya Allah dikabulkan.

Pemilihan yang terbaik ternyata tidak bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan dari Allah swt karena Allah adalah Tuhan yang menciptakan kita untuk hadir di dunia ini maka hanya Allah yang Maha Mengetahui segala hal yang terbaik bagi kita.  Walaupun terkadang terbaik menurutNya belum terlihat jelas di awal ataupun tampak tidak mengenakkan bagi kita, namun penilaian manusia terbatas dan berbatas terlebih untuk masa depan yang sangat ghaib.  Namun ada dua hal yang menjadi petunjuk akan setiap pilihan kita adalah kemudahan dan kemantapan hati. Adakalanya begitu banyak ujian dan tantangan namun ketika hati telah mantap seolah itu menjadi pembuktian. Adakalanya pula kemantapan hati terbangun dengan datangnya berbagai kemudahan dariNya, entah ridhanya kedua orang tua, atau hal-hal lainnya.

Terlebih pilihan akan seseorang yang nantinya merupakan pintu surga bagi seorang wanita dengan cara ia menunaikan Hak Allah atasnya dalam sholat dan berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian menjadi seseorang yang menjaga kehormatannya, dan terakhir adalah dengan menunaikan hak suami atasnya yaitu ketaatannya.

Apabila seorang istri mengerjakan sholat lima waktu, mengerjakan shaum sebulan di bulan Ramadhan, dan memelihara kehormatan  dirinya serta menaati suaminya niscaya ia masuk surga” (HR. Anas)

Intisari yang bisa diambil dari pembicangan tersebut adalah, Allah maha berkuasa atas segala sesuatu.  Allahpun telah menyiapkan bagi setiap mahkluknya pasangan-pasangan baginya.  Manusia hanya bisa merencanakan, berdo’a, berikhtiar, kemudian serahkan segala yang terbaik kepada Allah yang maha berkuasa menciptakan dan mempertemukan (anytime and anywhere) walau peluang analisis (kirologi) manusia hanya kurang dari 1 persen.  Penilaian manusia itu terbatas dan berbatas tentang sesuatu yang terbaik bahkan untuk mengetahui hal yang terbaik bagi dirinya sendiri, untuk itulah manusia akan selalu membutuhkanNya dalam setiap langkahnya.

Ya itulah kumpulan perbincangan yang dapat dituliskan dan yang dapat dibagikan, semoga bermanfaat.  Sebagai penutup ada sebuah SMS dari seorang sahabatku dan kini ku bagikan untukmu sahabatku :

Bila dirimu sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju RidhoNya bersabarlah dengan keindahan… Demi Allah, dia tidak datang karena ketampanan, kecantikan, kepintaran, ataupun kekayaan tetapi Allah-lah yang menggerakkan.  Janganlah tergesa untuk mengekspresikan cinta kepada dirinya sebelum Allah mengizinkan.  Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu. Siapakah yang lebih mengetahui melainkan Allah ? Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hati rapat-rapat, Allah akan menjawabnya dengan indah”

Download Tausiyah : menjadi pilihan yang memilih

1 comments on “Memilih dalam kurang 1%

  1. Ping-balik: Jagalah Hatimu Duhai Ukhti « Bienennest–Sarang Lebah

Tinggalkan komentar